Fakta dan Pandangan Islam Tentang Hobi Belanja
- Supermarket, mall-mall dan berbagai pusat perbelanjaan kini telah
didirikan di mana-mana. Budaya konsumerisme masyarakat pun semakin
melesat tiada tara. Di sisi lain, promosi produk barang juga semakin
gencar dilakukan melalui berbagai media, dengan tawaran produk yang
menggugah jiwa. Walhasil, jangan heran jika manusia di zaman ini sering
menjadikan aktivitas belanja sebagai kegemaran yang acapka...li tak
terkendali. Sehingga, secara sadar atau tak sadar, sikap hidup boros
telah menjadi ‘panglima’ kehidupan kita. Bukankah Rasulullah telah
memperingatkan kita dalam sabdanya, “Bagian wilayah negeri yang paling
Allah cintai adalah masjid-masjidnya, dan bagian wilayah negeri yang
paling Allah benci adalah pasar-pasarnya.” (HR. Muslim 1076)
Awas, Penyakit Shopaholic!
Aktivitas belanja lebih lekat
dengan keseharian para wanita, karena dalam kultur di negeri kita,
wanitalah yang kerapkali memainkan perannya dalam dunia perbelanjaan.
Walaupun tidak sedikit juga, para lelaki yang ikut berperan dalam
masalah berbelanja ini.
Wahai para muslimah, ada satu
hal terkait dengan aktivitas belanja ini yang kiranya perlu kita
waspadai. Yakni, ketika hati kita terlalu gandrung mendatangi berbagai
pusat perbelanjaan, sampai taraf yang berlebihan. Ya, jika Anda terlalu
hobi belanja, dan keranjingan sekali untuk menjejakkan kaki di pasar,
mall-mall, supermarket dan berbagai pusat perbelanjaan, maka
hati-hatilah! Bisa jadi, walau masih dalam taraf rendah sekalipun, Anda
sedang terjangkiti penyakit ‘kecanduan belanja’ (shopaholic). Sehingga,
dorongan untuk membeli barang-barang yang memikat hati kita tak lagi
mampu dibendung. Uang kita pun berhamburan di kasir-kasir supermarket,
tanpa mampu dimenej. Ekonomi keluarga pun bisa carut-marut karenanya.
Na’udzubillah.
April Benson, seorang psikolog
dari Manhattan, AS, dalam bukunya I Shop Therefore I Am : Compulsive
Buying and the Search for Self While, mengungkap temuan menarik.
Sembilan dari sepuluh orang wanita mengalami shopaholic atau kecanduan
belanja. Orang-orang yang mengalami kecanduan belanja seringkali merasa
cemas, gelisah, dan depresi ketika keinginannya berbelanja atau membeli
suatu barang tidak kesampaian. Mereka merasa terdesak buat membeli suatu
barang. Bahkan, wanita shopamaniac itu seringkali berbelanja sekadar
untuk melepaskan diri dari kejenuhan. Tapi, kebiasaan ini menjadi
rutinitas, tiap kali shopamaniac mengalami kejenuhan. Sampai akhirnya
mereka kecanduan belanja. Mereka menjadi pecandu belanja (compulsive
shoppers), yang secara populer sering disebut shopaholic; mirip dengan
workaholic (kecanduan kerja) yang mencontek sebutan alcoholic bagi orang
yang kecanduan alkohol.
April Benson mengklasifikasi
beberapa penyebab seseorang menjadi pecandu belanja. Secara kejiwaan dia
mengalami masa kecil yang kurang bahagia. Merasa ditolak, kurang
diperhatikan, dan tak mendapatkan apa yang diinginkan. Ketika dewasa dan
memiliki kehidupan finansial memadai, orang-orang ini mulai melepaskan
ketegangan yang dialami waktu kecil. Tapi, kebanyakan tak bisa
menghentikan kebiasaan ini, sehingga prosesnya berulang dan membuat
kecanduan. Faktor lain yang ikut andil membuat orang jadi gila belanja,
di antaranya adanya waktu luang yang tak termanfaatkan dengan baik,
kurang percaya diri, dan gencarnya promosi barang dan jasa melalui
berbagai media.
Syaikh Abdurrahman As-Suhaim di
dalam bukunya Fitnah At-Tasawwuq mengatakan, “Beberapa waktu yang lalu,
saya membaca sebuah riset terkait penyakit psikologis yang tersebar di
kalangan kaum kafir. Sebelumnya saya mengira penyakit ini terbatas hanya
ada di kalangan mereka, ternyata saya mendengar penyakit itu juga ada
pada kalangan wanita muslimah. Tahukah Anda, penyakit apa itu? Ya,
penyakit yang dikenal dengan istilah ‘kecanduan belanja’ atau ‘gila
belanja’. Data statistik menunjukkan ada 800.000 pencandu belanja di
Inggirs, dengan taraf yang mengkhawatirkan. Sementara di Amerika
jumlahnya berlipat ganda, ada 3.500.000 penggila belanja! Di antara
pecandu belanja ini, ada yang sampai pailit dan harus menjual semua
kekayaan yang ia miliki. Selanjutnya banyak bermunculan klinik-klinik
rehabilitasi kecanduan belanja.”
Untuk itu, waspadalah, wahai
para muslimah! Kegiatan belanja Anda perlu dimenej secara baik, agar
tidak berlebihan. Jangan sampai Anda termasuk orang yang terkena fitnah
‘pasar’ sebagai tempat yang paling dibenci Allah di muka bumi ini.
Yakni, tatkala penyakit shopaholic terus berulang kali menimpa hati
Anda!
Indahnya Perhiasan Zuhud
Seorang pecandu belanja jelas
sekali ia terjebak ke dalam sikap boros yang dilarang oleh agama. Allah
Ta’ala berfirman, “…Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)
secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
setan, dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya.” (Al-Isra’
[17] : 26-27)
Jika ada seorang muslimah
shopaholic, ia pun perlu dinasihati untuk mematrikan sikap zuhud dalam
hatinya. Yakni, sikap yang tidak terlalu kemaruk kepada dunia, tidak
terlalu rakus menjadikan dunia sebagai perburuan yang menggiurkan.
Padahal, memburu sesuatu yang telah dijanjikan Allah di akhirat, itu
lebih utama. Mencandui belanja itu sama halnya mencandui dunia,
sedangkan ‘mencandui akhirat’ itu lebih strategis untuk menggapai
keselamatan di dunia dan akhirat.
Aun bin Abdillah mengatakan,
“Dunia dan akhirat di hati itu ibarat dua daun timbangan. Apa saja yang
memberatkan yang satu akan meringankan yang lain.” Perihal bahaya
‘mencandui dunia’, Yahya bin Mu’ad bertutur, “Dunia itu arak setan.
Barangsiapa mabuk karenanya, niscaya tidak akan sadar sampai ia berada
di antara orang-orang yang sudah mati, menyesal bersama orang-orang yang
merugi.” Abdullah bin Mas’ud berkata, “Bagi semua orang, dunia ini
adalah tamu, dan harta itu adalah pinjaman. Setiap tamu pasti akan pergi
lagi, dan setiap pinjaman pasti harus dikembalikan.”
Wahai para muslimah, kecanduan
belanja merupakan sebuah bentuk ‘nafsu dunia’ yang harus dikendalikan.
Bagi seorang muslimah, mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub) dan
selalu takut kepada-Nya (khauf), merupakan salah satu sarana untuk
mengerem nafsu. Imam Ibnul Qayyim di dalam Tazkiyyah An-Nafs menegaskan,
“Nafsu itu menyeru kepada sikap durhaka, dan mendahulukan kehidupan
dunia. Sedangkan Allah Ta’ala menyeru hamba-Nya agar takut kepada-Nya
dan menahan diri dari hawa nafsunya. Jadi, hati manusia itu ada di
antara dua penyeru. Kadangkala ia condong kepada yang satu, dan kadang
pula condong kepada yang lainnya. Disinilah letak ujian dan cobaan.”
Wallahu a’lam. Semoga Anda tidak
menjadi ‘anak dunia’ yang mencanduinya, namun jadilah ‘anak akhirat’
yang senantiasa meniti jalan menuju kepada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar